Surat pembaca. Sekitar sebelas tahun lalu, saya menulis surat pembaca ini. Isinya mengajak para pebisnis kaos Solo untuk memperluas cakrawala bisnisnya.
Ajakan yang belum bersambut. Tak apa. Kini saya ulangi dengan memajang di blog ini.
Cerita terkait : : 11 September 2001, komedian muslim AS asal Mesir Ahmed Ahmed, buku The Creative Economy-nya John Howkins, Mawar Bromley dan cinta lintas benua.
REBEL WITH A KAOS !
Kaos cinta. Ribuan kilometer kaos biru ini terbang dan berjalan. Dari Glasgow, Skotlandia, ke Wonogiri, kota saya. Kamis, 23 April 2009.
Kecintaan yang sama terhadap sepakbola yang membuat Stuart Bruce, suporter fanatik tim Glasgow Rangers, dengan senang hati memberi kaos itu kepada saya.
Cerita komplitnya yang intens melibatkan penyiar dan eksekutif radio yang cantik asal Surabaya, Ade Soediro, dapat Anda klik disini dan disini.
Setiap kaos memang punya cerita. Sebagai pencinta kaos sejak tahun 70-an ketika belajar di STM Negeri 2 Yogyakarta, saya bangga bisa membuat kaos bergambar kelelawar. Lokasi : Mess Perwira TNI-AD. Jl. Ahmad Zakir, Kotabaru, Yogyakarta. Kini gedungnya telah tiada.
Dengan kertas yang dilubangi, lalu pewarnanya adalah olesan semir sepatu, milik ayah saya yang tentara. Agar gambar cepat kering, kaos saya kerudungkan ke bola lampu listrik.
Kelupaan. Kaos pun hangus. Juga sang kelelawar hitam yang idenya dipicu nama sosok pemimpin golongan hitam dalam cerita bersambung legendaris saat itu, Nogososro-Sabukinten : Lowo Ijo. Kelelawar Hijau. Sayangnya, saat itu dan kini, saya belum menemui semir sepatu yang berwarna hijau.
Keluar Dari Kampus Pahit. Tahun 1980-an saya menjadi copy writer untuk kaos-kaos yang dijual di bursa mahasiswa di kampus saya di Universitas Indonesia, Jakarta.
Saat itu, di era NKK-BKK, saat Rektor UI Nugroho Notosusanto yang dekat dengan Suharto, memecat Ketua Dema UI, Binner Tobing dan lalu Peter Sumaryoto, ide bikin kaos protes pun muncul. After Binner, Now Peter, Make Our Campus Going Bitter !, begitu desain yang saya buat.
Seorang asisten dari Nugroho Notosusanto dari Jurusan Sejarah FSUI, lewat pacarnya yang teman sekuliah, membisikkan pesan : “Kaos itu bisa membuat kamu di-DO dari UI.”
Saluran untuk membuat kaos-kaos protes saya pindah keluar kampus. Dengan mendirikan ITSC (Ideas T-Shirt Club) yang model bisnisnya mendahului jaman.
Terutama bila dikaitkan dengan buzzword aktual saat ini, yaitu crowdsourcing (“terima kasih Jeff Howe dari Wired Magazine untuk ide brilyan Anda”) atau crowdfinancing (“terima kasih David Parrish, teman saya dalam akun Facebook, untuk infonya”) yang sesuai dengan karakter bisnis atau pun interaksi sosial dalam era Internet yang kolaboratif.
Derivasi dari ide tersebut pernah saya usulkan ke Dagadu pada tahun 1998. Deddy Djamaluddin Malik (atau mungkin ada kesamaan nama ?), yang politisi PAN di DPR saat ini, adalah juga anggota ITSC saat itu.
Berbagi cerita. Tahun 2009 ini, gagasan untuk merevitalisasi ITSC mengusik kembali. Tidak ingin cepat-cepat menjadi aksi. Langkah pertama adalah, seperti visi-misi blog ini, berbagi cerita-cerita dulu dengan Anda. Karena setiap kaos, kaos Anda dan kaos saya, memiliki cerita.
Mohon maaf bila cerita saya banyak jadulnya. Saya tidak sendirian. Seorang jenius periklanan David Ogilvy dalam bukunya Confessions of an Advertising Man (1963), toh jujur berucap : like everyone my age, I talk to much about the past.
Bangunkanlah agar saya bisa sering hadir di masa kini. Untuk itu saya selalu menanti kisah-kisah kaos Anda masa kini pula. Mari kita bicara.
Bambang Haryanto kisahkaos (at) gmail.com hp : +6281329306300
KOLABORASI KAOS KREATIF
Kolaborasi Kaos Kreatif. Anda seorang desainer grafis yang brilyan dan jenaka ? Atau pemilik industri sablon kaos ? Mungkin ini ide yang bisa kita obrolkan : yuk kita bersinergi untuk membuat klub pencinta kaos humor atau topik-topik aktual lainnya.
Model bisnisnya sederhana ala crowdsourcing : kita pajang desain kaos itu di blog ini, sobat-sobat komedi mania atau yang berminat, bisa memesan dengan mentransfer biayanya. Lalu produk pilihan itu kita kirimkan. Modalnya, sebagaimana norma ekonomi kreatif, adalah ide dan kepercayaan.
Saya telah menghimpun ribuan slogan dan tagline yang cerdas dan lucunya minta ampun. Kelucuan itu kiranya harus ditularkan. Termasuk lewat dada-dada atau punggung kita.
Tertarik ? Obrolan Anda saya tunggu di : kisahkaos (at) gmail.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar